ILOVECILEGON - Ditengah masyarakat begitu banyak bentuk kisah yang berkembang,
kemudian kisah itu diklasifikasikan dalam cerita rakyat. Cerita rakyat
berkembang lantaran tradisi lisan yang diwarisi oleh umumya masyarakat
Indonesia. Meski sudah jelas kelasifikasinya, bukan berarti menyelesaikan
anggapan sebagian besar masyarakat tradisi mengenai kisah-kisah yang diwarisi
turun temurun itu. Masyarakat tradisi tetap meyakini kisah-kisah itu merupakan
bagian dari sejarah.
Dengan keyakinan tersebut, tantangan berikutnya adalah
bagaimana menemukan kebenaran dari sejarah, lantaran ilmu sejarah juga memiliki
disiplin pendekatan yang ketat dan tidak semena-mena. Apalagi hanya
berlandaskan oleh pencocokan/cocoklogi nama, sebagaimana yang pernah terjadi, kerajaan Nabi
Sulaiman yang diyakini berada di Kota Sleman, karena hanya
dilandaskan oleh kesamaan nama dan beberapa kemiripan lainnya.
![]() |
Foto: @septyono_id |
Di bagian barat
Indonesia, tepatnya di Banten juga banyak cerita rakyat,
terutama cerita rakyat yang berkaitan dengan nama tempat. Salah satunya adalah Toyomerto
yang berada di antara dua kota, yaitu
Cilegon dan Serang. Di
antara dua kota yang sama-sama mengalami perkembangan pesat, terutama berkenaan
dengan idustrialisasi, cerita rakyat menjadi sangat urgen utuk disimpan dan
diabadikan agar tidak tergerus begitu saja tanpa jejak.
![]() |
Sumber: KITLV Tahun 1923 |
Pada tahun 1982, Desa
Toyomerto mengalami
pemekaran lantaran terbelah jalan raya dan sungai, terbentuklah pemerintahan desa baru, Desa Wanayasa yang terletak di
Barat jalan sedangkan Toyomerto sediri berada di sebelah Timur Jalan. Pemekaran ini disebabkan penduduk yang padat,
faktor geografis yang dibatasi oleh jalan milik Negara, dan sebagainya.
Dari segi etimologi,
Toyomerto terdiri dari dua kata dari bahasa jawa. yang memiliki arti, “Toyo” berarti air dan “Merto” berarti merata. Penamaan
tersebut didasari oleh sebuah kisah, yang konon ada sumber air di bawah kaki
Gunung Pinang, tepatnya di Kampung Wera yang manfaatnya dapat dirasakan secara
merata oleh masyarakat di sekitar gunung tersebut. Sayangnya, ketika tim ilovecilegon melakukan pencarian sumber mata air tersebut, tidak mendapatkan hasil. Hal
ini dikarenakan sumber mata air yang dimaksud telah digunakan perusahaan air
minum swasta. Meski tidak dapat menemukan sumber mata air, bagi yang ingin melihat
peninggalan lain yang korelatif dengan asal-usul Desa Toyomerto, dapat
dikunjungi sebuah sumur yang
ukurannya melebihi ukuran normal, yaitu berdiameter 2m di Kampung Wera.
Desa yang menjadi
bagian Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang ini terbagi
empat wilayah, yaitu Wanasaba, Wera, Suka Mulya Baru, dan Perumahan
Puri Hijau.
Selain itu, ada beberapa tempat yang dapat dijumpai ketika
melintasi jalan utama Cilegon-Serang itu, di antaranya perumahan BMW, tempat wisata Wulandira, dan gunung pinang.
Hal yang juga
berkorelasi dengan keberadaan Toyomerto adalah mengenai Peristiwa Geger Cilegon. Menurut
berbagai sumber, Toyomerto menjadi tempat pertempuran paling ganas sepanjang peristiwa Geger Cilegon berlangsung, setelah penyerangan Kantor Asisten Resident Goebels (sekarang
Rumah Dinas Kota Cilegon). Wacana mengenai pertempuran di Toyomerto juga pernah
menjadi bahan perbincangan hangat di Komunitas Sebelas, yang beranggotakan Dadi
Rustadi (alm), Abah Yadi, Sulaiman Djaya, Muhammad Al-Faris, dan lainnya di
kediaman Indra Kusumah (mantan Ketua Dewan Kesenian Cilegon).
Di sana terjadi
pertempuran sengit antara pasukan Ki Wasid dengan pasukan Belanda kiriman dari
Serang. Pertempuran sengit itu, meski dimenangkan oleh Belanda, memberikan satu
ilham kepada generasi selanjutnya, bahwa tidak ada yang sia-sia dari sebuah perlawanan,
bahkan saat perlawanan harus diakhiri dengan kekalahan. Karena memperjuangkan
kemerdekaan dari segala bentuk ketidakadilan dan penindasan adalah satu-satunya
jalan yang harus ditempuh.
Untuk mengetahui
lebih detail mengenai Peristiwa Geger Cilegon, telah banyak buku atau situs yang memuat tentang perang paling mengharukan di Tanah Cilegon itu. Tinggal dicari di internet atau
memburu buku-buku di perpustakaan.
Toyomerto, masa kini
tinggal sebuah tempat yang sering dilintasi oleh orang dari Cilegon menuju
Serang atau dari Serang menuju Cilegon. seperti tidak pernah terjadi apa-apa di
sana, lantaran masyarakat banyak yang belum mengetahui sejarahnya kota sendiri.
Pemandangan yang
dapat ditemukan di sana adalah debu, bongkahan-bongkahan tanah dari truk-truk
besar yang berceceran di sepanjang jalan, serta Gunung Pinang yang tampaknya
mulai rusak oleh para manusia-manusia serakah. Gunung yang dikeruk dari belakang dan dalam hitungan beberapa tahun akan lenyap, seperti lenyapnya bukit-bukit sepanjang Jalan Lingkar Selatan. | Adi Sudrajat
![]() |